..mungkin dapat dikatakan sebagai ‘janin’ prosa lirik..
Kepada
para
pelantun lamentasi,
para
penenun tangisan, dan
para penyadap debu sepi,
rentetan
sabda ini kutitipkan (di antara bulu-bulu mata kalian)
11:28, pada minggu daun-daun
_ “IA
telah bangkit…!” (Luk. 24:6)_
Kegalauan kita, mirip situasi yang
membias dari terminologi ini : HAMPA.
Kita memulai dan mengakhiri setiap gelagat
detik dengan sebuah halusinasi,
”Ah…mungkin
akan gagal!”
Kita seperti penyadap tuak putih yang
salah memungut pisau, yang keliru memilih nadi pohon, yang mungkin malu
menggotong batang bambu. Kita irasional dalam bentangan totalitas multitafsir.
Kita memilih beranak-pinak dalam
bimbang, padahal kita bukan tawanan korban tindakan rasis a la Hitler. Bukan pula
oknum-oknum yang ’dipenjara’ dalam gua Plato, apalagi hamba-hamba yang
menyembah terorisme Timur Tengah.
Kesendirian kita, kita ibarat anak
ayam yang ditinggal pergi sang bunda, oleh sebab ritus kultural yang riskan,
yang selalu meminta darah kurban demi legitimasi.
Kita kerap berbagi bisik,
“Aku
seperti ingin wafat juga. Kepergiaan-Nya partuskan duka!”
Kita condong putus dalam asa, hiruk
dalam pikuk, serta gunda dalam gulana.
Kita kehilangan ‘figur kaya
inspirasi’ oleh sebab maut dan ketidaksadaran kita akan dosa serta selaksa
muslihat yang kita telurkan.
Kita lantas ngotot bertanya, memvonis
realita yang terlampau tajam merobek sukma.
Hingga saat kita mesti memutuskan
untuk independen, untuk otonom,
sebilah tutur dari mulut ‘makhluk
putih’ dalam liang lahat itu,
tersembur…..lebih agung dari orasi Obama,
juga lebih menggentarkan dari moncong senjata 4 prajurit dalam ‘Lone Survivor’.
“IA telah bangkit…”
Sabda
ini mengingatkan kita, lantaran berita dari gonggongan anjing
bahwa ibu telah pulang dari ladang, ayah
telah kembali dari perburuan,
selalu persuasif, menarik insting
kita.
Kita sejenak
membuat hermeneutika
atas isi
dalam tas karung ibu……….dan tentengan ayah.
Dan persis itulah yang mengingatkan
saya,
“Saya
selalu rindu pulang kampung, rindu nenas dalam tas karung Oma,
dan
lemak babi hutan di tangan Sang Paman” seperti saya rindu
akan IA yang telah bangkit…..!
(R. L. Meo)
.jpg)
.jpg)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar